Mungkin tak bisa aku pungkiri lagi kalau aku merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. malam itu dimana aku melihatnya, melihat senyumannya sampai aku merasakan terbang, merasakan seperti melihat sunrise di puncak merbabu dan bagaikan banyak kata yang tak mungkin bisa aku rangkai. senyumannya sungguh melunturkan hatiku yang sudah tak mempercayai akan cinta. cintaku yang dulu telah menggosongkan hatiku kini hari demi hari mulai bangkit bangkit dan perlahan mulai menampakkan hasilnya. hujan itu ya hujan itu hatiku sempurna merasakan jatuh cintaku kepadamu namun aku tak berani untuk mengunkapkan. banyak pucak gunung aku capai dan disitulah aku goreskan namamu di hamparan debu-debu vulkanik. aku susun batu-batu yang berserakan di kawah mati dengan tulisan namamu, namamu dan hanya namamu. mungkin ini terkesan berlebihan, tapi tak apalah demi sebuah cinta demi sebuah sayang dan harapan di masa yang akan datang. namun waktu itu aku sadar dirimu sungguh sempurna, engkau bagaikan sebuah bunga edelwis yang hanya tumbuh di ketinggian engkau banyak sekali yang mencari dan ingin sekali memetikmu namun aku kalah dengan mereka dengan sejuta janji bahagia, dengan segala pot emasnya ketika kelak memetikmu, namun aku hanyal seorang pemuda kecil yang tak bisa untuk berjanji untuk menopang hidup saja sudah kesusahan namun pemuda kecil ini akan selalu terus dan terus melihat bunga itu mekar-mekar membiarkannya untuk tetap hidup di tangkainya, karena aku suka melihat keindahanmu aku tak ingin memetikmu karena pasti lama-kelamaan juga akan mati. mungkin cintaku hanya ada di dalam hatiku namun cintaku ini tak akan pernah mati seperti bunga edelweis yang selalu mengusahakan untuk tetap tersenyum di dinginnya puncak pegunungan.
#hanyasebatas impian yang semoga menjadi kenyataan. 23 mar.
0 komentar:
Posting Komentar